Kutatap layar komputer yang ada di meja kerjaku, lalu kubuka e-mail dari beberapa customer. Namun, tidak ada hal penting yang begitu berarti. Akhirnya, aku menoleh meja di sebelah kananku dan menatap beberapa dokumen yang harus kukerjakan hari ini.
***
Aku duduk di kursi paling ujung di pantry. Aku suka duduk disini. Memandang ke luar. Jalanan yang padat. Langit yang bebas. Orang yang berlalu-lalang. Sambil menikmati cokelat hangat dan membaca novel lama favorit-ku, Hujan, ditulis oleh Tere Liye. Sudah berulang kali kubaca dan aku tetap suka.
BUKAN! Bukan karena ini pemberian mantan-ku sewaktu SMA! Hanya saja, aku benar-benar memaknai ceritanya. Makanya, aku tak merasa jenuh atau bosan meski sudah membacanya puluhan kali.
Pekerjaanku? Sudah beres. Waktu sudah menunjukan pukul 16.19 WIB. Aku hanya perlu menunggu beberapa belas menit lagi, lalu merapihkan barang bawaan di mejaku dan bergegas pulang.
17.12 Waktu Indonesia bagian Barat,
"Lo kemana aja, sih? Please, sekali aja jemput gue jangan telat. Fyuh!" Aku bukan tukang ngomel yang handal. Habis ngomel, disogok cokelat, ketawa lagi.
Oh ya! Kenalin, aku Shera. Bukan. Bukan Que Shera Shera. Alamanda Sherani Abianca. Dan dia, yang duduk di belakang kemudi dan daritadi sibuk menyuruhku memasang seat-belt adalah sahabatku. Sahabat Sepanjang Segala Abad. Andreas Davian. Tidak ada panggilan spesial untuk sahabatku yang kerjaannya ngomel ketika aku jatuh sakit ini. Aku memanggilnya Davi. Itu saja cukup. Sedangkan dia, memanggilku dengan beberapa jenis panggilan. Termasuk panggilan alay. Perlu aku buat daftarnya? Oke, kupikir itu berlebihan. Mari kusebutkan. Sher, Tuan Putri, Princess, Anabelle, Sayang, Cantik, Nenek, Onye, By (Baby), dan masih banyak panggilan aneh lainnya yang akan membuat kalian.... muntah.
Oke, cukup perkenalan yang memakan waktu beberapa detik ini.
"Kita jadi nonton, kan?" Tanya Davi yang sedang memakan cokelat(ku). Beliin cokelat, tapi tetep minta potongannya. Dipotong pajak katanya.
"Hm, tergantung, kalo belum terlambat, ya jadi." Jawabku ketus. Laki-laki ini pantang menyerah walau (aku mengakui) aku seperti nenek sihir.
"Tenang aja kali, Sher. Gue pesen tiket jam 20.45 kok. Cukup lah buat makan dulu." Sahutnya santai. Aku hanya mengangguk dan mulai membaringkan jok yang aku duduki. Aku lelah. Tomang menuju Bintaro, lumayan jauh. Aku pikir cukup untuk tidur dulu.
Kalau kalian penasaran dimana aku tinggal, aku tinggal di Bintaro Sektor 9. Orangtuaku? Masih di dekat Bintaro. Tapi, di komplek sebelah, Komplek Valencia. Setelah lulus SMA, aku bekerja. Kuliahku terlambat satu tahun, namun, syukurlah aku beruntung, walau kuliahku terlambat, tapi aku tidak terlambat untuk belajar mandiri dengan mulai mengambil cicilan rumah sendiri. Walau rumah dengan tampilan sederhana, setidaknya sudah hak milik.
Stop. Apa lagi yang ingin kau tanyakan?
Umur berapa lo, Sher?
Oke, aku benci menjawab pertanyaan ini, tapi.. OK. Aku lulus SMA umur 18 tahun. Lulus kuliah sekitar dua tahun lalu saat aku berumur 22 tahun. Kalian bisa menebaknya, kan? Aku lahir mendekati penghujung tahun, jadi usiaku... "tanggung" kata orang.
Pekerjaan lo apa, Sher?
Aku bekerja sebagai admin di salah satu perusahaan alat kesehatan elektronik di daerah Tomang. Dan sebentar lagi akan resign.
Kok resign? Kenapa?
Aku ini lulusan S1 Sastra Inggris. Dan aku bersikeras ingin menjadi orang yang terjun dalam dunia pendidikan.
Sudah, cukup. Aku akan buka sesi tanya-jawab lagi di lain waktu.
Jika kalian masih penasaran, kalian bisa kembali lagi minggu depan. Karena aku akan melanjutkan tulisan ini dengan menyatukan isi dan judul menjadi sebuah kesatuan yang akan kalian mengerti nantinya.
***
Salam sampai jumpa dari Shera.
disampaikan oleh Shirley.
24 Mei 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar