Jumat, 08 Juni 2018

Aku, Kamu, dan Jarak - Part 4

"Yummy Gelato, selamat sore."

"Reservasi atas nama Alanna hari Minggu jam tiga sore."

"Reservasi atas nama Alanna. Minggu. Jam tiga. Seperti biasa untuk dua orang dan di garden meja nomor 9 ya, Bu?"

"Yap, betul."

"Oke, noted ya, Bu."

"Oke, terima kasih, Mbak!"

"Terima kasih kembali, selamat sore."

**

19.37 Waktu Jakarta bagian Riweuh di Gedung Nikahan Orang

"Davi!" Aku menoleh ke arah suara yang memanggil laki-laki yang ada di depanku ini. Aku kenal. Itu teman dekat Davi waktu SMP, Alfred.

"Yo! Fre! Apa kabar?" Mereka tos lalu berpelukan. "Kabar baik, Bro!" Lalu Alfred menoleh padaku. "Yo, masih? Gila! Apa kabar, Sher?" Masih? Apaan tuh?

"Hai, Fre! Baik. Lo gimana?" Sambutku sambil fake smile. "Calon istri orang, Fre! Hahahaha," jawab Davi sambil tertawa lebar. "Oh ya? Wah, menyusul Andi ya sebentar lagi."

Andi dan Kiki, mereka berdua raja dan ratu malam ini. Teman mainnya Davi dari masa SMP. Dan, aku kenal jelas dengan mereka. Dulu, waktu aku dan Davi masih bersama, aku sempat dikenalkan dengan Andi dan Kiki.

"Dav, gue minta kunci mobil. Pegel." Aku melepas sepatuku bergantian, lalu mengambil kunci mobil dari tangan Davi. Sebenarnya, acara masih sangat panjang. Sampai pukul satu dini hari karena akan ada DJ di bagian penutup. Namun, tampaknya aku tak lagi sanggup berdiri lama-lama di dalam.

Sesampainya di mobil, aku membuka kancing tasku, lalu mengambil handphone dan memeriksa apakah ada pemberitahuan.

Jakarta, 22.37 Waktu Jakarta bagian Kaget

Missed Call: Mas Adrian - 31 Missed Call

Short Message: 124 Messages from Mas Adrian

Pesan terakhir dari Mas Adrian yang terlihat di pop-up:

Pulang ke rumah, sekarang. Atau aku jemput kesana?

Luar biasa. Shock therapy di lengan malam. Aku langsung bergegas keluar dari mobil Davi, mengenakan flatshoes yang dengan sengaja kubawa, dan menenteng tas serta heels sialan yang kukenakan tadi.

Sambil berlari-lari kecil, aku ke tempat pagar ayu yang kulihat banyak teman Davi berkumpul dan... ah! Tepat sekali. Ada Mita, teman dekat Davi juga. Kutitipkan kunci mobil Davi padanya, lalu bergegas memesan taksi online setelah berterima kasih ria dengan Mita.

**

"INI PERTAMA DAN TERAKHIR AKU TAU KAMU BEGINI."

Kedua orangtuaku diam mendengar Adrian marah seolah mendukung Adrian untuk memarahiku yang pulang... hampir tengah malam.

"Bukan soal kamu pergi sama siapa, tapi kamu pikir dong. BAHAYA! Ngerti nggak, sih?" Aku diam, lalu berlari ke kamar. Dan menangis sejadi-jadinya. Aku benci suara dengan volume meninggi.

Ibuku mengetuk pintu. Lalu masuk dengan membawa segelas susu dan biskuit kesukaanku. Meletakannya di nakas sebelah tempat tidurku. Dan duduk di sisi tempat tidur.

Aku sudah rapih berpiyama.

"Mama mengerti sekali kenapa Adrian begitu marah sama kamu. Bukan maksud mama dan papa membela Adrian. Mama dan papa juga khawatir kamu belum pulang sampai selarut ini." Mama mulai percakapan sambil mengusap kepalaku.

"Mama bilang ke Mas Adrian kalau aku pergi kondangan sama Davi?" Langsung saja kutanyakan begitu pada Mama. Memang weekend ini, mama dan papa menginap di rumah. Bahkan sudah tiba di rumahku pada Sabtu pagi. Jadi, mama dan papa tau kemana aku pergi dan dengan siapa aku pergi. Aku tau, mama pasti ingin melarang aku pergi dengan Davi. Karena...

"Gak baik begitu, Sayang. Hanya menghitung bulan kamu jadi milik Mas-mu. Mama rasa, gak pantes kamu masih keluyuran sampai selarut ini apalagi sama teman laki-laki."

Bosan mendengar kalimat itu. Aku duduk. Meneguk susu yang dibuatkan mama sekali habis. Lalu balik badan, tidur  dan membiarkan mama terdiam dan akhirnya keluar kamarku.

**

Kabar bahwa Adrian ke Jakarta untuk mengurus kepindahannya membuatku bahagia. Bahagia sekali. Bahagia karena aku gak harus menunggu satu tahun untuk kepulangannya dan benar-benar kembali kesini. Ternyata permintaanku di dalam hati "bulan depan" benar-benar dijamah oleh Tuhan.

Namun, setelah kejadian semalam. Aku sama sekali belum bertanya kenapa pindahnya sekarang atau kenapa gak ngabarin kalau ke Jakarta. Semalam juga Adrian pulang ke rumah orangtuanya. Aku hanya sekedar tau dari mama, kalau Adrian kesini untuk mengurus kepindahannya.

Hari ini sepulangnya aku dari Yummy Gelato, tiba-tiba saja aku diberitahu mama kalau ada acara makan malam keluarga aku dan Adrian.

Aku pergi dengan Davi hanya dari sore hingga malam, tapi merasa seperti ketinggalan banyak jadwal keluargaku dan Adrian.

"Jangan merengut di depan calon mertuamu." Mama memoles blush on pada kedua pipiku.

"Kenapa aku bisa gak tau sih, Ma?" Aku masih penasaran. Sejak kapan orangtuaku dan Adrian membuat rencana di luar sepengetahuan aku dan Adrian. Ups. Mungkin Adrian juga tahu.

"Kamu tahu kenapa? Adrian mau buat surprise untuk kamu. Dia mengajukan permohonan berkali-kali ke atasannya untuk tetap memegang proyek di Jakarta. Demi bisa segera pindah dan.. semua dilakukan Adrian buat kamu."

Aku terdiam. Tak satu katapun sanggup kuucap.

**

Untuk memperbaiki setiap kesalahan kita, kita harus siap untuk menghadapi satu fase paling sulit. Menyesal.

Salam dari Shera. ❤️

Tidak ada komentar:

Posting Komentar